Dr. Nasir Tamara, M.A., M.Sc.
Ketua Umum Asosiasi Penulis Indonesia
AKHIRNYA PROFESI PENULIS DIAKUI DI INDONESIA!!!
NOMOR PROFESI PENULIS: 90024
Catat angka ini.
Selama 75 tahun Kemerdekaan para penulis Indonesia menerbitkan berbagai buku yang ikut mencerdaskan bangsa Indonesia. Padahal profesi penulis dianggap tidak ada karena tidak masuk dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia KBLU yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik ( BPS) RI. Berkat perjuangan tanpa lelah akhirnya sejak awal tahun ini masuk KBLU.
Sah sudah kehadiran penulis diakui pemerintah.
Ini sebuah perjuangan berat di mana asosiasi SATUPENA hadir di garis depan. Memprotes ketidakadilan ini namun selalu ikut rapat dengan berbagai kementerian & BPS. Tak pernah lelah memberi masukan tertulis.
Tanpa memiliki status saja mereka yang suka menulis sudah menunjukkan karya-karya hebat mereka. Apalagi setelah masalah status ini ada.
Saya lega.
Minggu ini, dua hari saya ikut kegiatan bersama Kemen Parekraf & Deputi Gubernur DKI etc. yang cukup melelahkan.
Yang pertama menjadi peserta FGD secara pro bono. Lalu hadir pada acara resmi penandatangan dokumen dukungan di DKI.
Acara dilakukan mengikuti protokol di hotel bintang lima di Jakarta meski pun ruang rapat yang kecil dipenuhi terlalu banyak orang padahal acara dari pukul 09.00 sampai magrib.
Acara penandatanganan juga mundur 1 1/2 jam karena pejabat terlambat datang.
Semua itu mesti ditelan untuk sesuatu yg lebih penting.
Peserta yg hadir diundang urun rembug meyakinkan UNESCO untuk menjadikan Jakarta untuk menjadi Unesco City of Literature.
Meskipun cemas karena acara di hotel di masa pandemi saya datang secara fisik karena ini inisiatif yang sangat layak untuk didukung oleh semua penulis termasuk asosiasi SATUPENA.
Semoga bila Jakarta terpilih, dunia penulisan & penerbitan akan lebih bergairah. Akhirnya bangkit dari mati suri di Indonesia.
Terus terang ini perjuangan berat karena banyak praktek buruk terus terjadi seperti pembajakan, plagiasi, tak ada bantuan untuk penulis, pajak yang memberatkan.
Termasuk banyak orang termasuk institusi resmi yang masih menerbitkan banyak karya penulis tanpa izin.
Bahkan tidak sedikit perpustakaan milik pemerintah & universitas yang lebih memilih memilih buku bajakan karena murah.
Juri akan menilai apakah DKI bersahabat dengan para penulis & mendukung eko sistim industri penerbit.
Banyak lagi faktor yang akan dinilai oleh dewan juri Unesco di Paris.
Berat memang persyaratannya
Tapi usaha ini harus dilakukan.
Indonesia harus meningkatkan mutu penulisan & menambah jumlah penulis di Tanah Air sehingga perlu kehadiran dunia akademis. Dengan membuka prodi creative writings di mana calon penulis bisa menimba ilmu secara ilmiah. Universitas juga dapat memberikan gelar dari S1 s/d S3 bagi mahasiswa yang lulus.
Universitas Gadjah Mada tampaknya akan mempelopori.
Saya diminta untuk bicara besok.
Semua diundang.
Semoga disempatkan kehadiran para sahabat penulis.
0 komentar:
Posting Komentar