RAJA duduk di singgasana berkaki emas dikelilingi bintang-gemintang yang gemerlapan di sekujur langit. Dari kejauhan nampak api unggun di lapangan kecil pada sebuah desa dekat kota emas yg dikelilingi gunung-gunung besar berkaki emas. Aroma asap menebar ke seluruh istana. Raja sedang duduk, dan disisi kanan dan kirinya para pendeta dan pejabat tinggi. Sedangkan kanguru dan kasuari berdiri sebagai pengawalnya menghadap ke gerbang kota emas.
Semakin sepih ditelan malam membisu. Sayup terdengar dari kejauhan, suara suling mengalun dgn nada merdu menembus istana masuk ke telinga raja membangkitkan jiwa raja sehingga raja bergegas menuju balkon ingin mendengar nyanyian merdu itu. Raja bertanya, siapa pemain suling itu?. Jawab seorang pendeta, "Tom, pemuda hitam yg selalu dengan suling bambu dan tifa". Dengan merdu terdengar bait lagu seruling emas nomor tujuh bait pertama begitu merdu masuk di telinga Baginda raja, membuatnya tertegun diam menikmatinya dalam hening dn jiwanya terbang kelilingi kota emas, menancap di gunung2, pantai, lautan dan lembah mengikuti bait2 lagu itu. Pada bait terakhir begitu mempesona sehingga Raja menyanyikannya ulang2 sambil berjalan masuk mengulangi bait itu, "Syukur bagi-Mu Tuhan, Kau brikan tanahku, bri aku rajin juga sampaikan maksud-Mu". Bait ini terngiang dalam ingatan raja sampai di singgasana pun masih dinyanyikan olehnya.
Setelah raja duduk di singgasana, seorang pendeta tua yg janggutnya putih menghadap raja dengan suara yg terhormat dn berwibawa, ia berkata, "Yang mulia Raja, kemarin kota kita ini kedatangan seorang berhikmat yg penuh pewahyuan dari Tuhan. Neneknya berkebangsaan Yahudi, orang itu dibesarkan oleh Ratu Elisabeth di Belanda. Dia meletakan maklumat peradaban bagi kota kita. Kata2nya jelas dibaca tetapi maknanya dalam dan sakral dan sulit dimengerti. Dia menyampaikan ajaran tentang ruh kehidupan dari Tuhan yg diturunkan kepada setiap manusia. Dia menyampaikan tentang ketetapan Tuhan bagi bangsa kita. Orang ini ingin bertemu baginda untuk menceritakan kepercayaannya.............
Setelah raja duduk di singgasana, seorang pendeta tua yg janggutnya putih menghadap raja dengan suara yg terhormat dn berwibawa, ia berkata, "Yang mulia Raja, kemarin kota kita ini kedatangan seorang berhikmat yg penuh pewahyuan dari Tuhan. Neneknya berkebangsaan Yahudi, orang itu dibesarkan oleh Ratu Elisabeth di Belanda. Dia meletakan maklumat peradaban bagi kota kita. Kata2nya jelas dibaca tetapi maknanya dalam dan sakral dan sulit dimengerti. Dia menyampaikan ajaran tentang ruh kehidupan dari Tuhan yg diturunkan kepada setiap manusia. Dia menyampaikan tentang ketetapan Tuhan bagi bangsa kita. Orang ini ingin bertemu baginda untuk menceritakan kepercayaannya.............
(Baca lebih lengkap pada buku: Kota Emas dan Tom Si Hitam Pemain Suling Bambu) dalam proses terbit.
Hamah Sagrim, 2020
Episode ke-01
0 komentar:
Posting Komentar