Ketika hari mulai gelap di pojok timur, Bulan purnama memancarkan sinar kemilaunya.
Di barat matahari baru terbit, terdengar suara seduh sedap riang gembira seakan-akan merekalah pendahulu. Hingga pertemuan putera timur, putera barat, putera selatan dan putera utara di pusat bumi. Putera barat berkata, aku bangga dengan kemajuanku.
Tak lama kemudian terjadi kejatuhan lalu sirnahlah semuanya. Putera utara berkata, aku bangga karena sejarahku tertua.
Beberapa abad berikutnya terjadi keruntuhan dunia, maka tertinggal puing-puing. Putera utara berkata, aku memang sederhana bagaikan angin yang keluar dari rongga mulutku. Putera timur menatap mereka dan berkata, aku adalah awal dari terang. Dan aku adalah awal dari gelap. Aku tetap abadi tiada tergantikan.
Terlihat putera barat, selatan dan utara mengangguk-anggukkan kepala mereka tandanya mengakui si putera timur.
Semua yang dibangun manusia akan gugur berkeping-keping dan hilang, tertinggal matahari menjadi penentu siang dan bulan menjadi purnama malam.
Tak lama kemudian terjadi kejatuhan lalu sirnahlah semuanya. Putera utara berkata, aku bangga karena sejarahku tertua.
Beberapa abad berikutnya terjadi keruntuhan dunia, maka tertinggal puing-puing. Putera utara berkata, aku memang sederhana bagaikan angin yang keluar dari rongga mulutku. Putera timur menatap mereka dan berkata, aku adalah awal dari terang. Dan aku adalah awal dari gelap. Aku tetap abadi tiada tergantikan.
Terlihat putera barat, selatan dan utara mengangguk-anggukkan kepala mereka tandanya mengakui si putera timur.
Semua yang dibangun manusia akan gugur berkeping-keping dan hilang, tertinggal matahari menjadi penentu siang dan bulan menjadi purnama malam.
Syair Keabadian:11-11-2020
Hamah Sagrim
Hamah Sagrim
0 komentar:
Posting Komentar