Ar. HAMAH SAGRIM, ST
TN-MBT (Senin 8/6/2021/). Kalau A3 mau berada dalam hati dan pikiran TUHAN dan mantap di hadapan TUHAN untuk memajukan kehidupan dalam mengatasi tantangan dunia, harus mendasarkan diri pada empat prinsip Theofani.
Beberapa hari lalu saya berdiskusi dengan saudara-saudari saya di sebuah group WA dan saya mengusulkan sebuah topik: Mengapa angka kematian orang A3 meningkat?
Cornelis Naa : Ini fenomena fundamental Maybrat yang perlu dan mendesak disikapi pemerintah dan gereja dalam mempertahankan dan meningkatkan populasi orang Maybrat, kalau tidak akan terancam punah mendahului suku lain di Papua. Banyak variabel yang memicu, selain kesehatan dan lingkungan, moral, mental, budaya dan adat isti adat serta hal lainnya yang perlu kajian lebih lanjut.
Selanjutnya, Cornelis menyampaikan bahwa, Pemerintah dan gereja belum tampil mengubah paradigma berpikir masyarakat dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Tatanan kehidupan masyarakat sebelum dan sesudah hadirnya kabupaten (sorsel & Maybrat) mengalami transformasi ke arah negatif/kemunduran. Orang Maybrat kehilangan identitas dan jati diri setelah menghadapi kebanjiran dana pemerintah yang fantastis. Moral dan mental semakin rusak, baik dari aparatur pemerintah, aparatur desa, generasi muda dan pelajar.
Cornelis memberikan atensi bahwa, Perlu revolusi mental, pemulihan Tuhan terjadi melalu pelayanan gereja dan pemerintah mendesain kembali tatanan kehidupan bermasyarakat dan bergereja melalu aturan yang disesuaikan dengan kearifan lokal yang mudah dijabarkan dan dilaksanakan.
Tanggapan kami, Angka mortalitas Maybrat begitu tinggi dan multi efek. Selain menuju kepunahan, juga menjadi ancaman awal terjadinya pengurangan arah kebijakkan pembangunan pusat ke daerah, bila kita berbicara tentang konsep pembangunan. Jika kita merujuk pada prinsip imanen, maka dengan matinya manusia maka gereja-gereja yang berdiri megah di bumi A3 akan menjadi sunyi sepih.
Dalam kasus Mortalitas, ada dua tafsir yang kami deteksi sedang dikembangkan belakangan ini yaitu: (1) Meningkatnya angka kematian karena orang A3 tidak menghormati Tuhan, tidak menjaga empat hukum Theofani (Spiritualitas) dan (2) hal duniawi termasuk profan seperti adatistiadat, dendam-mendendam, amarah, termasuk hal duniawi yang nampak adalah egosetris, kesombongan, apatisme dimana setiap hal yang dikerjakan, harga diri dipertaruhkan sebagai jaminan dalam setiap aktivitas yang seyogyanya dipisahkan, mana yang pantas dilihat sebagai simbol-simbol pamor atau harga diri dan mana yang bukan. Persoalan harga diri menjadi beban psikologi dan urusan psikis berhubungan langsung dengan jantung, makanya porsentase orang Maybrat yang terindikasi depresi ringan sangat tinggi. Mengapa demikian, karena pikiran mereka terlalu berat memikul psikis akibat merasa harga dirinya direndahkan padahal tak sadar kalo dia sendiri meletakkannya sebagai banderol dalam pekerjaan dan usaha.
Objek mortalitas yang terdata adalah semua orang Maybrat di segala jenis umur di manapun dan kapanpun. Data mortalitas dibagi berdasarkan usia, profesi dan ruang tempat tinggal. Yang usia muda atau kategori pelajar kebanyakan mengalami kecelakaan dan bila diselidiki sebab-sebab kematian dari pengaruh lingkungan. Untuk yang usia produktif, mengalami kematian karena pertama factor kecemburuan sehingga saling membunuh (racun-meracun, bofit, dan lain sebagainya), selain itu ada pula yang mengalami gangguan psikologi (depresi), yang kelompok karier atau profesi pun mengalami kematian akibat depresi maupun stroke.
Dengan demikian, kita perlu ketahui bahwa mortalitas merupakan informasi penting bagi pihak pemerintah dan swasta dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Permasalahan mortalitas di Maybrat melingkupi bidang ekonomi, sosial, adat, maupun kesehatan lingkungan.
Selain itu, Peningkatan kesejahteraan masyarakat oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat diketahui melalui indikator kematian sebagaimana disampaikan di awal, dan Perpaduan informasi berupa angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka kematian anak, serta prevalensi gizi buruk dan usia harapan hidup, menjadi perwakilan dari tingkat kesejahteraan penduduk. Selain itu, besarnya mortalitas menentukan arah pembangunan Maybrat. Jika dibiarkan, kasihan jadinya.
Satu informasi lagi bahwa Mortalitas di Maybrat yang meningkat ini memberikan catatan khusus tanggung jawab atas asuh anak yang ditinggalkan mencapai 53% berbanding tajam dengan penghasilan per hari. Hal ini menjadi akibat terjadinya droop school (anak keluar sekolah karena biaya).
Sangat multi efek dan perlu mendapat perhatian serius kita bersama baik Pemerintah Maybrat, Gereja, LSM dan Individu pionir.
Mengenai revolusi mental, saya setuju karena salah satu penyebab kematian generasi Maybrat di usia dini didasari atas ketidak siapan mental, membuat lemahnya mawas diri, terpengaruh dengan perkembangan moderen, mabuk²an, isap rokok, hidup tak beraturan, dll. Selain itu, gizi makanan bagi ibu hamil perlu diperhatikan.
Saya mengamati sirkulasi pergerakan masyarakat Maybrat, mereka menerima uang di Maybrat tetapi semua uang itu dipakai belanja di luar Maybrat karena belum ada pusat perbelanjaan di Maybrat. Pemerintah perlu membangun pasar di Maybrat karena selain sebagai tempat menjual produk lokal juga sebagai pusat peredaran uang dari situ akan memacu kemajuan ekonomi Maybrat.
Masyarakat kita terdiri dari petani dan nelayan danau, termasuk pemburu. Hasil-hasil pertanian, perikanan air tawar maupun buruan memiliki protein tinggi, tentunya setiap kita ingin mengonsumsi makanan tersebut namun karena tidak ada tempat untuk menjualnya sehingga tidak diperoleh. Yang diperoleh bukan saja makanan tetapi juga si penjual mendapat uang.
Selain itu, pemda perlu membertimbangkan jarak jangkau perjalanan pegawai dari setiap kampung ke tempat kerja mereka. Contohnya, perjalanan dari kampung Sehu ke Susmuk begitu jauh dan tidak semua pegawai memiliki kendaraan pribadi sehingga perlu disiapkan angkutan umum. Dalam diskusi ini saya bermaksud mengusulkan untuk pemda melakukan pengadaan taxi atau angkutan umum. Maybrat saat ini membutuhkan transportasi antar desa ke ibu kota dan perlu dibangun terminal bersama sebagai sentral dan titik temu taxi dari wilayah Ayamaru raya, Aitinyo raya, dan Aifat raya.
Persoalan Kematian orang A3 yang sangat
tinggi perlu mendapat tanggapan serius karena terkait dengan penyelamatan
nyawa. Manusia sebagai penentu eksistensi suku, bangsa (Kampung, Distrik,
Kabupaten, Provinsi, dan Negara). Jika pemerintah tidak sigap terhadap dampak mortality
sama halnya dengan menyetujui kepunahan. (sh)
0 komentar:
Posting Komentar